Thursday 6 February 2014

Surat usang untuk Fa #2

Fa, langit sore tadi memerah muda. bibirku melebar beberapa senti. kupandangi itu, selalu. aku melihat keindahan yang tak lebih didalamnya ada kau, Fa. sekali pandang, aku terbayang. duakali pandang, aku sayang. tigakali kupandang, aku melayang.
berkali kupandang, makin melayang. terakhir ku pandang, ia menghilang.

aku terjebak pada lamunan tentangmu, Fa.
dan terus kuhitung mundur waktu. sepuluh saat, sembilan saat, delapan saat, tujuh saat, enam saat, lima saat, empat saat, tiga saat, dua saat, sesaat, kosong. dan kumbang-kumbang kehabisan taman untuk bersuka.
aku saat ini hanya menunggu kau mati dihatiku, Fa. s'bab aku (mungkin) tak pernah hidup dihatimu.

kemudian teringat tentang rasa yang, entah telah berhasil aku menghapusnya.
seperti langit tadi, yang menghapus cahaya. kemudian biarkan gelap menjadi selimut.

ya, kurasa aku ingin jadi langit saja, Fa. karena ia bisa menghapus pigura merah muda senja, sesukanya. toh, besok pigura itu bisa datang lagi.

tapi kelihatannya harapanku adalah harapan. dan hati membiarkan waktu yang tak bermulut menjawab seberapa besar keuntungan dari penantian.
jangan beri aku diam, Fa. karena gelisah adalah yang aku dapatkan. dan kau tau, keresahan adalah neraka yang tak berujung. bagiku.

aku tunggu, Fa. pesan singkat darimu. nomor rumah ku masih yang dulu.
"sembilan puluh juta enam ratus dua puluh tujuh ribu seratus tiga puluh lima."
ku harap itu berisi kembaran perasaanku. atau kuharap, tidak sama sekali, tiada.


-za-

No comments: