Thursday 28 February 2013

Selamat Tinggal

Oleh : Nuriza Auliatami

hari ini aku pergi...
dan mencoba berhenti...
menjalani kisah ku disini...
aku hanya membawa lirih disebelah kananku,
dan perih disebelah kiriku...
kembali mengurai kisah baru...
bukan si "penjual jambu"...
ini mungkin lebih keras, atau mudah-mudahan lembut...
serancu apapun hidupku nanti...
ingin ku pastikan, jika ku sanggup...
setiap keluh hidupku, hanya aku yang tau...
dan ku kira, kabarku pun tak lagi penting untuk difikirkan...
hah...!
apa peduli mu terhadapku...
siapa memangnya aku...
hanya si udik yang dekil...
putus harapannya...
yang cuma berani lari dari keadaan...
padahal bekal cuma rupiah seratus limapuluh ribu...
untuk ongkos saja sudah tigapuluh ribu...
belum makannya, biaya hidup, dan segala perlengkapan menuju mati yang entah berapa nomina lagi di kertas itu dibutuhkan...
tapi berani-beraninya bertekat pergi, dan kembali saat keberadaanku sudah dilupakan...
aku akan kembali,
ya, aku akan kembali...
untuk menghapus kisah ini...
agar tidak ber-reinkarnasi dan menjajaki kehidupan adikku kelak...
tak perlu dia yang merasakan...
cukup aku saja...
yang mengunyah kerikil kasar hidup ini...
yang akhirnya, hanya yang terucap...
selamat tinggal...

Tuesday 26 February 2013

Hingga aku menjadi aku

Oleh : Nuriza Auliatami

malam...
waktu ini kau suram.
tak ada sedikit awan, apalagi bintang.
mengapa...?
kau bosan mendengar ceritaku...?
kau jenuh dengan setiap kata yang terukir kasar dari hatiku.
kau kelam di atas setiap dendang lagu mereka.
satu titik hangatpun tak kau beri untukku.
padahal ku butuhkan itu.
aku butuh kau.
untuk menemani setiap gores lirihku.
ingin ku bercerita tentang pahitnya dunia.
ya...
pahitnya dunia.

kau tau.
kelam nya setiap waktu ini.
waktu yang terpenuhi dengan setetes keringat bau.
terurai dalam setiap butir butir debu kotor bekas kaki sang bangsawan.
penguasa negeri ini.
kenapa aku harus tunduk kepada mereka.
siapa mereka.
seenaknya saja memerintahku.
yang aku adalah jejak sang kuasa.
berani sekali mereka memerintahku.
apa hak mereka atasku.
tanah ini bukan milik mereka.
selalu bilang setuju, dan tidak...!
tapi mereka memungut bayaran atas dua kata tak berguna itu.
membuat dinamika dalam negeri ini.
peraturan ini lah.
itu lah.
padahal apa...!
berat selalu dipikul atas keputusan mereka.
namun ringan hanya gerak bersama angin.
yang terus lalu dan berlalu.

 tangis darah membeludak keluar dari setiap diri yang tertindas.
seperti awan itu, yang mencair karna kerasnya cahaya matahari yang tak peduli akan rasa didalam perih.

kau bilang sudah merdeka...?
tidak...!
itu hanya kemerdekaan bersama Belanda.
Jepang, Portugis...!

aku tidak akan mengatakan ini sebuah kemerdekaan...!
ini bukan merdeka...!
tidak akan ada yang namanya merdeka.
sebelum nafasku belum jadi nafasku.

kau tau.
lirik pilu ini tak akan ada habisnya.
aku akan terus berteriak.
mengecam.
menggiring kehidupan.
hingga kudapat keabadian.
hingga aku adalah aku.
aku baru merdeka.
jika aku menjadi aku.
terserah jika kau bosan mendengarku.
karna jika ku mati, aku tak butuh kau lagi.
aku tak butuh kau lagi malam...!
jika kau merasa jemu dengan semua abjad perjuangan ini.