Saturday 1 February 2014

Episeode cinta #2

#Episode Kedua
       Dia adalah Mentari. Cukup Mentari, namanya tak lebih dari itu. Mentari adalah seorang cewek anggun berkulit putih dan berkacamata dengan takaran -3 disetiap sisi matanya. Kacamata yang digunakannya itu menambah keyakinan atas diri gue bahwa dia benar-benar pintar. Dia adalah teman SMP gue sejak kami diterima di kelas 1-1 sampai akhirnya kita berpisah waktu kenaikan kelas. Gue masuk di kelas 2-4, sedangkan dia, masuk ke kelas 2-1, kelas inti. Bukan berarti masuk 2-4 gue ga pinter ya mas bro, mbak bro. Cuma saat itu mungkin taraf keberuntungan gue lagi berkurang. Jadi gue masuk di kelas angker. Para guru menyebut kelas kami sebagai kelas buangan. Karena didalamnya berkumpul 23 anak bandel, ditambah dua culun bahagia yaitu gue dan Ono Harto. Setelah tamat SD, kita berhasil masuk ke SMP favorit semua manusia setengah remaja alias anak SD yang lagi ngerayain tamatannya. Gue tamat dengan nilai diatas standart rata-rata.
Pertama masuk kelas, Cuma satu yang gue cari mas bro. “cewek cantik”. Dan yang pertama kali gue liat itu adalah Ramadhayani. Cewek yang ga cantik-cantik amat, tapi dia andalan para guru ketika dalam pelajaran matematika. Tapi, setelah lama gue mandangi Ramadhayani, gue ngerasa ada sesuatu yang ditutupi oleh tubuh padatnya. Waktu itu alibi gue keluar tanpa kompromi. “Ramadhayani, kamu tadi dicariin sama senior. Katanya sih, kakak kelas kamu waktu di SD sih.” Ucap gue santai, sambil menunggu reaksi dari ramadhayani buat pindah dari tempat duduknya.
“siapa za? Sekarang dimana dia?” jawabnya penasaran.
Dalam hati gue bilang gini. “ yess, berhasil-berhasil-berhasil horee...!” sambil pake gaya dora ngerangkul monyetnya Boots. “tadi diluar, samperin gih” ucap gue semangat.
Tanpa sabar, tubuh ini bergetar seperti pesawat ketabrak awan mas bro, mbak bro. dalam hati, gue ngitung kepergian ramadhayani ke luar kelas. Target gue sih, hitungannya Cuma sampe 10. Tapi, dia baru keluar dari kelas setelah hitungan gue yang ke 999. tapi ga apa-apa. Akhirnya penantian panjang gue buat ngeliat siapa yang di belakang tubuh gede ramadhayani terjawab sudah. Dia adalah bidadari pagi yang berbulu kacamata lentik. Eh, maksud gue berbulu mata lentik dan berkacamata. Kulit nya itu mas bro, eeeuuuhhh, kalau kata temen gue, Iqbal ni ya, sembriwinggg... nampaknya lembut banget. Gue terus terusan terkagum melihat wajahnya yang ayu. Sampai-sampai, gue ga sadar kalau semua teman-teman ditambah pak guntur, guru geografi sekaligus walikelas sedang memperhatikan gue yang sedang memperhatikan mentari. “tookkk”. Tiba-tiba pengamatan dan khayalan gue tentang dia buyar gitu aja. Seperti dihancurin di mesin penggiling padi dan dibalut dengan kue gulung buatan mamanya helmi, ketua kelas kami. Gimana ga buyar coba, penghapus punya pak guntur tiba-tiba mentok di kepala gue. Dan akhirnya, kepala gue ditumbuhi gunung sebiji. Gue namai itu sebagai Gunung guntur. Karena, yang nyiptain gunung di kepala gue itu pak guntur. Rasanya itu mas bro, mbak bro, ga kebayang deh. Coba aja pada saat itu gue dibolehin untuk ngebalas semua jasa-jasa pak guntur dalam membuat gunung di kepala gue, pasti gue bakal ngasi lebih untuk dia. Tapi gue tetap ingat, gue harus menghargai dia sebagai guru gue. Walaupun berkali-kali, tangannya yang sebesar pisang raja digoreng dan penghapusnya yang mengunakan kecepatan suara tercepat didunia sering mampir di kepala gue. Gue tetap ngasi pengertian gue ke dia, yang notabenenya, dia adalah guru favorit Mentari. Kalau aja bukan karena dia, udah gue pites tu orang kaya kutu. Dan kalau aja pak guntur juga ngerasain apa yang gue rasain terhadap Mentari, pasti dia bakalan nangis, terharu, minta maaf ke gue sambil ngomong “Ampun tuann”. Tapi semua kejadian itu ga sia-sia. Bener kata pepatah, “setiap kejadian yang kita alami itu pasti menuai hikmah dibaliknya”. Dan hikmah yang gue dapat dari kejadian itu ialah, gue bisa ngelihat Mentari tersenyum kepada gue. Itu sebuah taste awal yang ga mungkin bisa gue lupain. Dan senyuman itu gue jadiin spirit buat gue biar bisa semangat belajar. Alhasil, tiap pagi, gue adalah orang pertama yang datang ke sekolah. Pertama banget. Sampai-sampai, jangkrik masih belum siap nyingkirin suara anggunnya untuk ngelepas malam.
suatu hari, pada bulan Agustus tanggal 8 tahun 2006, sekolah kami mengadakan berbagai macam perlombaan untuk menyambut hari kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus. Mulai dari lomba main kelereng, main karet, sampai lomba makan kerupuk juga di adakan di sekolah kami. Gue adalah salah satu peserta dari perlombaan yang diadakan oleh pihak sekolah. Main kelereng? Bukan, main karet? Bukan, makan kerupuk? Bukan juga. Gue ngikutin lomba yang lebih berkelas dari itu. Lomba melukis. Gue perwakilan dari kelas 1-1 buat ngikuti lomba ini. Awalnya gue juga ga mau. Malah, sedikitpun ga punya minat buat ngikutin lomba-lomba yang begituan. Tapi, karena dipaksa oleh bidadari pagi gue, akhirnya gue maksain diri buat ngikutin lomba itu. Dia adalah sumber inspirasi gue. Gue ngelukis sedemikian indahnya cuma karena dia. Hari itu dia adalah segalanya buat gue. Dan hari itu juga.... dia membuat hati gue hancur, pecah, dan berserakan dimana-mana. Waktu gue ngelihat dia lagi mensupport dari kejauhan, tiba-tiba, datang seorang laki-laki yang mendekati dia. Dan lo tau mas bro, dia adalah pacarnya Mentari. Coba deh lo bayangin gimana rasanya jadi gue. Gue sedih, hancur, galau, sampai-sampai lukisan gue yang semula adalah lukisan terbagus, menjelma menjadi coretan sampah. Dan akhirnya, gue dapet repetan dari ramadhayani.
Berhari-hari gue jalani hidup gue, dan mencoba bertahan dengan rekor “orang tercepat” yang datang ke sekolahan, namun akhirnya, gue kalah dengan rasa galau. Gue jadi datang paling lama, paling malas belajar, dan paling ga mau keluar kelas. Kehidupan culun gue kini semakin bertambah tarafnya. Gue jadi kuper dan kudet tentang informasi-informasi yang ada disekolah. Tapi ini ga berlangsung lama. Badai galau Cuma melanda hari-hari gue selama satu tahun. Setelah moment kenaikan kelas, gue langsung bisa Move on dari Mentari, sang bidadari kelam gue. Gue langsung bisa melirik bidadari baru. Dan dia adalah..............



to be continue...

No comments: